Bubur ayam odeon dok. http://itsdwirere.blogspot.co.id |
Bubur Ayam 3 Kota
Kenapa hanya 3 kota? Mmmm…..karena setiap
kota di Indonesia memiliki kuliner bumbu ayam yang sangat khas. Ngga mungkin
membahasnya satu-satu. Bahkan kuliner di satu kota memiliki ciri khas, apalagi
tingkat provinsi dan antar provinsi.
Apa yang melatarbelakangi? Selain lidah/selera pembuatnya juga kultur dan
lingkungan kuliner tersebut tercipta. Kuliner di Jawa Barat misalnya, dimanjakan oleh kualitas beras yang enak dan kebiasaan memasak di tungku yang masih dipertahankan. Ditambah kreativitas si pembuat maka lengkap sudah kemanjaan lidah dikecap pembeli.
Agar tak berpanjang cerita, yuk langsung
aja apa kita ngobrol ringan tentang bubur ayam, salah satu kuliner favorit saya
selain mie bakso.
1.
Bubur
ayam H.Oyo dari Bandung.
Banyak sekali bubur ayam yang enak di kota
Bandung, saya pilih bubur ayam H. Oyo selain karena terkenal banget juga punya ciri
khas yaitu buburnya gurih dan kental. Hingga jika mangkok bubur dibalik ngga
akan tumpah. Tak heran pembeli yang membawa pulang bubur akan terheran-heran
melihat bentuknya yang kecil padat, padahal duh perut bakal kekenyangan
sesudahnya.
Tahun 1976, H. Oyo menjual buburnya di
depan rumah sakit Sartika Asih jalan H.Wasid , Bandung. Karena rumah sakit tersebut
pindah ke jalan Kopo, H. Oyo hijrah ke
jalan Sulanjana nomor 30 sebagai pusat. Ada beberapa cabang yang dimiliki H.
Oyo diantaranya Jln.
Gelapnyawang,
(di depan villa merah ITB) Telp 022 (2510226), Jln. Surya Soemantri,
(Maranatha). Jln. Surapati 63 Telp 081809048784, dan di Jln Ir. H.Djuanda
(Dago, samping toko Kartika Sari). Selain di Bandung, Anda juga dapat menemukan cabangnya
di Yogyakarta.
Bubur H.
Oyo memiliki topping dengan nama-nama unik hasil karangan H. Oyo, seperti
Atel singkatan
dari Ayam Telor, Atelpin atau Ayam Telor Pindang, Apel atau Ati Ampela, Ayat
atau Ayam Ati, Acak atau Ayam Cakue, Ganja atau Seledri, dan Krikil atau Kacang
Kedelai. Sedangkan untuk bubur ayam komplit berisi Ayam, Cakwe, Ati Ampela dan
Telor. Harga bubur ini sendiri tidaklah mahal. Satu piring bubur komplit
dibanderol Rp18 ribu. Untuk bubur spesial ati Rp 16 ribu, spesial telur Rp 16
ribu, dan bubur biasa Rp 14 ribu.
2. Bubur ayam Odeon di Kota Sukabumi
Jangan bilang
pernah ke Sukabumi jika belum mencicipi bubur ayam Odeon yang dijual diwilayah
Pecinan sejak tahun 1959. Tepatnya di jalan Pejagalan nomor 50 Nyomplong.
Berbeda dengan H.
Oyo yang urang Sunda pisan, pemilik bubur Odeon ini etnis Tionghoa sehingga
rasa buburnyapun khas bubur Tionghoa. Halal lho ya karena pemiliknya sudah
mualaf.
Pemilik yang
sekarang mengelola merupakan generasi ketiga yaitu Pipit Panduwinata dan
istrinya Ina. Berbeda dengan bubur pada umumnya,
bubur Odeon memiliki rasa dan aroma yang khas. Mirip bubur H. Oyo yaitu bubur
kering tanpa kuah. Dibubuhi potongan kasar ayam kampung. Wanginya amat khas.
Rasa buburnya sengaja tawar, karena disajikan dengan krupuk pangsit, sayur asin
(sawi yang diasinkan,red) dan bacian (tumis kentang, dan daging cincang,red).
Campur semuanya dan siap-siap merasakan kenyalnya bubur rasa asin manis ini
menggoyang lindah.
Bubur ayam Pekalongan
Banyak kota di Jawa Tengah yang
memiliki kuliner bubur ayam. Sayangnya saya baru mencoba yang satu ini, kelak
sesudah bisa keliling Jawa Tengah bisalah membuat pembanding lebih banyak lagi.
Berbeda dengan bubur ayam H. Oyo dan
bubur ayam Odeon yang kering dan gurih karena daging ayam, bubur Pekalongan ini
rame dengan kuah kuning. Tentu saja rasa
gurih didapat dari kuah kuning yang penuh daging ayam dan aroma rempah.
Mungkin karena terpengaruh
masyarakat Arab yang cukup mendominasi penduduk Kota pekalongan. Tak heran
kuliner disana umumnya bersantan dan berbahan baku daging sapi serta kambing. Sehingga
bubur ayamnyapun diberi kuah.
Baru tiga bubur yang dibahas dan
ternyata cukup panjang bukan? Punya destinasi bubur lainnya?
Yuk lain kali kita
coba dan tulis 😀😀
Mau coba ah buryam Oden di Sukabumi. Halal ya kan pemiliknya mualaf. Itu tanpa kuah ya penyajiannya? Jadi kering begitu tapi enak dari fotonya sih. Suwir ayam kampung trus pakai sambal pedes hhmm... echo maricho deh :)
ReplyDeleteiya banget, setiap pulang ke sukabumi, saya pasti kesini
ReplyDeletedaging ayam kampungnya, duh juara deh
nyam....nyam.....tau-tau kekenyangan :D :D