Ke Bandung? Jangan Lewatkan 4 Kuliner Khas Ramadan Ini


bubur Kampiun


Sedang beranjangsana di Kota Bandung? di bulan Ramadan ini jangan lewatkan kesempatan menikmati kuliner dadakan di sepanjang Kota Bandung. Dikatakan dadakan karena hanya dapat ditemui  di bulan puasa. Bermodalkan meja seadanya mereka menggelar dagangan di sepanjang jalan-jalan strategis dan kawasan pemukiman.

Selain  penjual dadakan, ada pula pedagang yang mengubah barang jualannya, menyesuaikan dengan minat pembeli. Pedagang ketupat tahu misalnya menjadi pedagang kolak. Sedangkan pedagang seblak di dekat pemukiman saya tinggal , mengubah dagangannya menjadi gorengan seperti tahu isi, bala-bala/bakwan, pisang goreng dan kroket.
Seperti apa kudapan yang  mereka tawarkan? Cekidot.

gorengan

1.    Gorengan

“Siapa yang buka puasa dengan gorengan seperti saya”tanya AHY dalam salah caption Instagramnya ketika belum maju ke gelanggang pilkada DKI. Tentunya dengan tebar pesona ala AHY. Yang menarik ibu Ani Yudhoyono ikutan komen : “Jangan lupa minum air putih yang banyak”. Duh sweet memo ^^

Lha kok jadi ngomongin AHY dan memonya. Ghibah ngga ya? ^^ Tapi gorengan memang menarik untuk dibahas. Beberapa status di facebook memuji komoditas ini laris manis tanjung kimpul, membuat saya mulai memperhatikan jualan yang  menurut saya biasa-biasa saja, hingga bertemu penjual gorengan yang menyertakan sambal kacang.

“Cuma di bulan puasa saya menjual ini”, kata si teteh yang menjual gorengan dibantu suaminya. Di hari biasa, dia menjual nasi kuning. Sedangkan  khusus bulan Ramadan, dia berjualan kolak, asinan dan gorengan bersambal.

Apa saja jenis gorengan yang dijualnya? Banyak sekali, ada pisang goreng, tahu goreng, tempe goreng, cireng dan  bala-bala. Selain pisang goreng, semua gorengan boleh dicocol dulu ke sambal kacang sebelum dinikmati, dan rasanya sungguh  berubah. Hummm …. yummyyyy

asinan


2.    Asinan.

Walau merupakan daaerah asal rujak, jarang sekali menemukan penjual asinan sayuran di Kota Bandung. Tidak demikian halnya di bulan Ramadan, hampir di setiap pelosok ada penjual asinan. Bermacam sayuran seperti kol, mentimun dan buah-buahan (jambu, nenas, bengkuang) diserut atau diiris tipis-tipis kemudian direndam dalam larutan asam jawa, gula merah, cabai, cabai rawit dan kacang tanah goreng yang telah digerus.

Disajikan dengan taburan kacang merah. Rasanya? Asam, manis dan pedas yang menyegarkan,  terlebih jika disimpan dulu di lemari es.  Sayangnya kebanyakan penjual membuat asinan secara dadakan, tidak dibuat dulu sehari sebelumnya dan masuk lemari pendingin. Alasannya karena ingin menyajikan asinan yang fresh, juga lemari es mereka tidak mampu menampung asinan yang demikian banyak.

kerupuk berbumbu



3.    Kerupuk berbumbu
Jujur, saya baru mencoba jajanan ini di bulan puasa tahun ini. Semenjak tahun lalu jajanan ini sungguh menggoda. Kerupuk aci berwarna kuning yang kerap menjadi teman asinan dan kerupuk pink ngejreng  yang sering ditangkupkan pada sepiring lotek-lotek atau gado-gado, disini dinikmati dengan saus oncom. Sebetulnya agak sulit dinamakan saus karena bentuknya encer, terbuat dari bawang merah, bawang putih, cabai, cabai rawit, gula, garam, oncom yang dicincang kasar dan taburan daun bawang.

“Terserah aja cara makannya sih, bisa dicocol atau diojaykeun”, kata si teteh penjual kerupuk berbumbu. Yang dimaksud diojaykeun adalah disuruh berenang, jadi kerupuknya disuruh berenang dalam cairan saus oncom. Ah si teteh mah aya-aya wae. Penasaran dengan promosi si teteh membuat saya membeli kerupuk kuning yang dihargai Rp 1.000/buah dan kerupuk pink ngejreng Rp 1.500/2 buah.

Awalnya saya coba makan kerupuk sambil dicocol ke saus oncom. Hmm….kurang menggigit. Akhirnya saya remuk kasar (tidak terlalu kecil potongannya) hingga menjadi gunungan kerupuk di mangkok, kemudian siram saus oncom diatasnya. Nah sekarang rasanya barulah ,….. endes pisan…maknyuuss pokona mah ^^

kolak kampiun


4.    Kolak Kampiun

Nah kalau yang ini hanya ada di rumah makan Padang “Sari Bundo”. Ada 2 di Bandung yaitu di jalan Merak dan jalan Taman  Pramuka. Dikedua rumah makan itu kolak kampiun sudah bisa dibeli dan dibawa pulang sejak jam 15.00, karena mereka tidak menerima pembeli yang makan di tempat kecuali waktu Magrib, waktu berbuka puasa tiba.

Apa sih kolak kampiun yang hanya dijual di bulan Ramadan? Hasil searching menyebutkan bahwa di daerah asalnya dinamakan bubur kampiun. Merupakan kreasi nenek penjual bubur bernama Amai Zola yang mengikuti lomba kreasi membuat bubur tanpa persiapan apa-apa. Karena itu sang nenek memasukkan bubur-bubur yang tidak habis dijualnya dalam beberapa mangkok untuk dicicipi juri. Tak disangka, bubur kreasi dadakan berhasil  memenangkan perlombaan. Ketika ditanya, apa nama buburnya? Dengan spontan sang nenek menjawab bubur Kampiun (Champion), nama yang digunakan hingga kini. 

Di Kota Bandung, bubur yang terdiri dari ketan hitam, ketan putih, bubur sumsum, potongan roti, kacang hijau dan kolak ini dinamakan kolak kampiun. Mungkin  karena menonjol bentuk kolaknya ya? Entahlah, yang pasti bubur ini enak banget, bahkan gurih santannya sangat menyolok, membuat saya tidak bisa meneruskan makan makanan berat karena terlanjur kenyang.

Pastinya masih banyak kudapan khas Ramadan di Bandung yang belum saya ketahui sehingga belum masuk postingan ini. Mungkin teman-teman bisa menambahkan?


 semua foto milik pribadi



Terjemahan bebas:
Aya-aya wae : ada-ada saja

Endes pisan : enak sekali

1 comment

  1. Saya penanasaran dengan kerupuk berbumbu itu mbak....kalau di daerah pantura ( Tegal, Brebes, Pkl, dan Purwokerto) biasanya hanya dibuat temen soto, lotek, nasi lengko dsb jadi tidak berdiri sendiri menjadi menu tersendiri...

    ReplyDelete