“Ngawur Jokowi!!”,
teriakku di depan televisi.
Pranggg ……
“Duh Mikha, ngagetin
aja”.
“Oh sorry, kenapa Dis? “
Tanpa Adisa menjawabpun aku
tahu apa yang terjadi. Rupanya tangan Adisa terkena air panas ketel. Gelas kopi
yang sedang diisinya tersenggol dan jatuh. Pecah.
Dengan tergesa aku ikut
membantunya membersihkan lantai, sebelum akhirnya ikut menyeduh secangkir kopi.
“Kamu ini kenapa sih Mik, kok
benci banget ama Jokowi?” tanya Adisa sambil menyecap kopi, keningnya
mengernyit tanda kopinya terlalu pahit.
“Soalnya dia itu parah ,
……………”
“Dan omelanmu bisa memperbaiki
keadaan? Status-statusmu yang panjang kali lebar di fesbuk bakal didengerin
Jokowi?” Adisa meraih wadah gula dan menambahkan setengah sendok gula ke dalam
cangkirnya.
“Kok kamu tahu?”
“Ya, iyalah tahu. Fansmu kan
dengan serta merta menyerbu. Bikin timeline - ku
penuh sumpah serapah. Ya sorry aja langsung ku – unfoll. Aku mau
berhaha-hihi sama temen-temen , kok ini baca yang ngga asyik”.
“Kan nyumpahin Jokowi juga
bisa haha- hihi?”
“Haha- hihi -nya ngga
elegant, mengganggu orang lain, mirip punya tetangga yang setiap saat
ngomong kotor dengan suara keras. Ya kutembok aja supaya ngga usah lihat dan
denger. Ngga hanya kebaikan yang menular tauk, keburukan juga”.
“Ah itu sih gara-gara kamu
fans Jokowi aja”, jawabku ngeyel ngga mau kalah. Iya dong, sembarangan aja
Adisa un-foll
aku. Tersinggung dong.
“Mik, yuk kita ngobrol dengan
jernih hati. Kalo Prabowo menang dan trus setiap hari aku ngritik Prabowo
dengan caci maki yang norak, kamu kesel ngga? Kesel kan? Fesbuk kan cuma bentuk
lain bertetangga dan bersilaturahmi. Setiap orang menghiasi rumahnya
dengan disain yang bagus entah bunga, wajah-wajah penuh senyum, makanan enak
atau hasil hunting foto yang keren-keren. Saling berdiskusi untuk menambah
pengetahuan dan wawasan. Nah kalo ada diantara tetangga yang kerjanya ngedumel,
pan sebel”.
“Dan kamu salah Mik, kalo
waktu itu Prabowo yang menang, aku akan legowo, karena aku percaya takdir.
Dalam agama Islam ada quote bagus:
“Bahkan daun yang jatuh pun bukan terjadi
secara kebetulan, itu semua sudah diatur dan tertulis oleh Allah “.
Karena sebagai muslimah aku
percaya takdir. Aku ngga akan konyol penuh dendam”.
Aku akan mengkritik jika
perlu, tapi tidak akan mengolok-olok karena ada hukumnya dalam Al Quran, nih
lihat:
“Hai orang-orang
yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang
lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula
sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan
itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil
dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka
mereka Itulah orang-orang yang zalim.” (QS.
Al Hujarat [49]: 11)
“Wah lengkap ya agama Islam,
pantesan kamu rajin mengaji. Ya iyalah, semula kamu ngga paham dalil- dalil itu
ya?”
“Ya, aku belajar banyak di
pengajian, kau kan tahu ilmu agamaku cetek banget karena itu harus rajin
men-charge diri ”, jawab Adisa sambil menghabiskan kopinya, “ Selain itu ada
lagi lho, hukum dunia kalo kamu mengolok-ngolok seperti itu. Ada kan tuh yang
masuk bui hanya gara-gara mengubah statusnya di fesbuk. Hanya ubah status lho,
bukan hinaan. Nah apa yang kamu lakukan termasuk kategori ini :
Pasal 27 ayat (3) UU ITE
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama
baik”
Pasal 45 ayat (1) UU ITE
“Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah)”.
Nah lumayan kan hukumannya?
Gimana? Mau buang uang semilyar cuma gara-gara emosi pingin mengolok-olok?
Atau masuk bui? Engga takut anakmu nangis, keluargamu bingung?”
“Tapi kan banyak orang
yang menghina Jokowi?”
“Gimana kalo kebetulan kamu
yang apes kena undang-undang itu? Jangankan presiden, walikota Bandung pak
Ridwan Kamil ngelaporin orang yang berani menghina Bandung. Menghina Bandung
lho, bukan menghina dirinya pribadi. Nah , gimana kalo ada orang yang sentimen
ke kamu trus ngegosok orang dekat Jokowi supaya kamulah yang masuk hotel
prodeo? Ngga enak banget, gara-gara ngga bisa ngerem emosi”.
“Mmmm ……… ”
“Lagian apa untungnya sih?
Heran deh kaya bukan lulusan perguruan tinggi terkenal. Masa pasang foto
macam gitu di fesbuk, malu ah. Mending ikut kegiatan agama, ikut kunjungan
menghibur orang sakit , atau berkebun sana. Jelas deh, karuan”.
“Ah, di agamaku juga ada dalil
seperti itu sih”. sergahku, marah karena Adisa sok tahu banget, ceramah panjang
lebar tentang agama dan hukum. Ngomongin kesarjanaanku lagi. Sebel!!
“Nah tuh ada, kok kamu ……”
“Tapi, teman muslim juga
banyak kok yang nyebar-nyebar meme ngejek Jokowi dan mengolok-olok”, elakku,
tambah marah.
“Oh trus kamu mau ikut aliran
sesat seperti itu? Kan kita wajib ngingetin masa pilpres udah lewat, sudahlahhh
…….”
“Aneh kamu kok jadi bijaksana,
Dis?” jawabku. Mulai melunak karena apa yang dikatakan ada benarnya, tapi ngga
mau dong kalo harus ngalah. Harus smash balik.
“Karena aku udah tua Mik,
ngapain juga hidup tinggal sebentar lagi kok dibuat susah dengan
ngomel-ngomel”, jawab Adisa sambil tersenyum menyebalkan.
#makjleb
Sumber :
bener banget... Saya jg udah mulai BLOCK orang2 yg taunya cuman ngomel2 melulu di FB soal pemerintahan, soal agama... Pokoknya yang hidupnya cuman tau maki2 doang langsung saya delete dari kehidupan media sosial... Bikin tambah stress aja
ReplyDelete