Agustus
2014, cobalah mengetik nama Ani Yudhoyono pada Google Images, maka
taraaaaaa…… sederet wajah ibu Negara Republik Indonesia yang cantik
jelita muncul dengan senyum manisnya.
Kebanyakan foto menampilkan ibu Ani berdampingan dengan bapak SBY dalam berbagai peristiwa, mengenakan berbagai busana dannnnnn tampak kamera lengkap dengan lensa besarnya di samping depan tempat duduk ibu Ani.
Kebanyakan foto menampilkan ibu Ani berdampingan dengan bapak SBY dalam berbagai peristiwa, mengenakan berbagai busana dannnnnn tampak kamera lengkap dengan lensa besarnya di samping depan tempat duduk ibu Ani.
Rupanya
ibu Ani tertarik menekuni fotografi. Mungkin sebagai Ibu Negara, beliau
melihat tidak setiap orang memiliki keberuntungan mendapat sudut
pandang yang bagus untuk mengabadikan objek.
Tentu saja, tidak hanya sudut pandang bagus yang diperlukan tetapi juga alat fotografi dan ilmu serta wawasan yang menunjang. Untuk itu diperlukan jam terbang agar mampu memadukan ilmu, perangkat dan kondisi sebenarnya.
Hingga akhirnya mahir menentukan presisi, pengaturan cahaya, penyetelan fitur kamera dan memperoleh hasil yang diharapkan. Tidak heran jika Ibu Ani tampak selalu membawa kamera disetiap kesempatan yang memungkinkan, karena untuk memperoleh hasil foto yang membuat decak kagum bukanlah hasil proses simsalabim.
Tentu saja, tidak hanya sudut pandang bagus yang diperlukan tetapi juga alat fotografi dan ilmu serta wawasan yang menunjang. Untuk itu diperlukan jam terbang agar mampu memadukan ilmu, perangkat dan kondisi sebenarnya.
Hingga akhirnya mahir menentukan presisi, pengaturan cahaya, penyetelan fitur kamera dan memperoleh hasil yang diharapkan. Tidak heran jika Ibu Ani tampak selalu membawa kamera disetiap kesempatan yang memungkinkan, karena untuk memperoleh hasil foto yang membuat decak kagum bukanlah hasil proses simsalabim.
Bapak
SBY rupanya memahami hal tersebut, beliau mendukung minat istrinya, ibu
Ani mendapat keleluasaan mengembangkan talentanya hingga menerbitkan
buku “The Colour of Harmony”. Beberapa karya ibu Anipun berkesempatan mengikuti pameran. Tentunya bukan hasil karya sembarangan yang bisa dibukukan dan dipamerkan ke publik.
Toleransi,
perhatian dan penghargaan pak SBY pada istrinya merupakan contoh
teladan bagi keluarga Indonesia. Betapa seorang suami yang kebetulan
menjabat sebagai presiden dan hidup dalam kultur paternalistik mampu
mengalahkan egonya.
Pak SBY tidak merasa terganggu oleh aktivitas istrinya yang berbeda, karena alih-alih duduk manis, jaim (jaga image), manut, tersenyum dan menyapa bak permaisuri yang seolah sulit disentuh. Ibu Ani justru asyik mengamati objek dari balik lensa.
Pak SBY tidak merasa terganggu oleh aktivitas istrinya yang berbeda, karena alih-alih duduk manis, jaim (jaga image), manut, tersenyum dan menyapa bak permaisuri yang seolah sulit disentuh. Ibu Ani justru asyik mengamati objek dari balik lensa.
Selama
ini penghalang utama kemajuan perempuan Indonesia adalah kesempatan
untuk mengaktualisasi diri. Mereka tidak mendapat peluang yang sama
dengan kaum pria. Hambatan terbesar umumnya berasal suami. Mereka
dituntut menjadi konco wingking (teman belakang) dan mengikuti adagium :”swargo manut, neroko katut” (surga ikut, neraka terbawa).
Padahal
jika seorang istri dihargai, dia akan menghargai suami dan keluarganya.
Hatinya senang/bahagia karena menjadi pribadi utuh. Bukan sekedar
‘bagian’ yang harus patuh tapi juga subjek yang mampu mengutarakan
pendapat. Mampu mengucapkan tidak. Mampu menjadi leader ketika
posisi kepala keluarga goyah.
Bisa dibayangkan jika kaum perempuan Indonesia memiliki kesempatan yang sama seperti Ibu Ani. Maka Indonesia akan dipenuhi berbagai karya mulai karya ilmiah, karya seni hingga karya kreatif tak terduga berasal dari jari jemari perempuan Indonesia.
Bisa dibayangkan jika kaum perempuan Indonesia memiliki kesempatan yang sama seperti Ibu Ani. Maka Indonesia akan dipenuhi berbagai karya mulai karya ilmiah, karya seni hingga karya kreatif tak terduga berasal dari jari jemari perempuan Indonesia.
“Jika ibu wajahnya selalu memancarkan keceriaan,
seluruh rumah tangga berbahagia, tetapi jika
wajahnya cemberut,semuanya akan
kelihatan suram” (Manavadharmasastra, III.62.)
seluruh rumah tangga berbahagia, tetapi jika
wajahnya cemberut,semuanya akan
kelihatan suram” (Manavadharmasastra, III.62.)
Dan itu semua tidak terukur dari banyaknya jumlah rupiah yang dibawa suami atau nilai rapor sang anak. Bahagia merupakan sesuatu tak ternilai karena berasal dari dalam hati.
Keluarga
adalah partikel terkecil dalam suatu Negara. Terdiri dari bapak, ibu
dan anak-anak sebagai sentral. Anak anak yang dilahirkan dari keluarga
yang memperhatikan pendidikan dan kebutuhan jasmani dan rohaninya
merupakan output berkualitas bagi sekolah formal yang akan mendidiknya
selama sekitar 20-30 jam dalam seminggu. Kecerdasan intelegensi,
spiritual maupun emosi seorang anak harusnya merupakan tanggung jawab
ibu dan ayah, sementara sekolah merupakan proses lanjutan yang harus
ditempuh anak.
Sebagai ilustrasi, seorang pengrajin kain sutera yang mahir akan kesulitan menenun ketika mendapati bahan baku benang suteranya berkualitas
buruk dan rapuh tapi berikan dia benang sutera kualitas nomor satu maka
dalam waktu sekejap akan dihasilkan kain sutera bermutu tinggi.
Demikian
juga dengan pendidikan, walau suatu sekolah memiliki gedung mewah,
fasilitas lengkap, guru-guru terakreditasi, tapi jika murid yang
dididiknya tidak dibekali kecerdasan intelegensi,
spiritual dan emosi yang mumpuni dari rumah, maka guru sehebat apapun
dan peralatan sekolah secanggih apapun akan kesulitan memberi pendidikan
yang berkualitas.
Walau
tanpa kalimat promosi, keluarga pak SBY menunjukkan teladan panutan.
Bagaimana istri menghargai talenta suaminya mencipta lagu dan suami
menghargai minat istrinya di bidang fotografi. Serta bagaimana sikap
refleks seorang ibu yang melindungi keluarganya ketika ada yang mencela.
Mungkin banyak yang nyinyir ketika ibu Ani bersikap reaktif atas komentar follower Instagramnya, mengenai baju batik yang digunakan keluarganya. Atau tentang Ibas si bungsu yang menyukai baju panjang dalam aktivitas sehari-hari.
Banyak yang berpendapat bahwa Ibu Ani tidak siap silang pendapat di media sosial, tanpa mau mempedulikan bahwa secara naluriah seorang perempuan akan melindungi keluarganya. Hal yang sangat wajar, justru tak wajar jika dia tidak peduli keluarganya menjadi bahan gunjingan.
Mungkin banyak yang nyinyir ketika ibu Ani bersikap reaktif atas komentar follower Instagramnya, mengenai baju batik yang digunakan keluarganya. Atau tentang Ibas si bungsu yang menyukai baju panjang dalam aktivitas sehari-hari.
Banyak yang berpendapat bahwa Ibu Ani tidak siap silang pendapat di media sosial, tanpa mau mempedulikan bahwa secara naluriah seorang perempuan akan melindungi keluarganya. Hal yang sangat wajar, justru tak wajar jika dia tidak peduli keluarganya menjadi bahan gunjingan.
Penghargaan
penuh juga harus kita berikan pada Bapak SBY yang mengizinkan istrinya
mengunggah hasil foto ke Instagram dan berinteraksi dengan pengguna
lainnya. Karena masih banyak kaum pria yang tidak menyukai istrinya
masuk ke rimba belantara media sosial. Penyebabnya banyak,
mulai ketakutan CLBK (cinta lama bersemi kembali), ketakutan sang istri
melupakan tugas utamanya mengelola rumah tangga, ketakutan istrinya
selingkuh, ketakutan istri di - bully hingga sikap superior
suami yang merasa istri adalah ‘milik’nya.
Dalam kasus ibu Ani, kemungkinan gangguan akan lebih besar lagi mengingat kedudukannya sebagai Ibu Negara, terlebih pelecehan oleh akun-akun tak dikenal. Tapi nampaknya bapak SBY sangat mempercayai istrinya sanggup mengatasi setiap masalah.
Dalam kasus ibu Ani, kemungkinan gangguan akan lebih besar lagi mengingat kedudukannya sebagai Ibu Negara, terlebih pelecehan oleh akun-akun tak dikenal. Tapi nampaknya bapak SBY sangat mempercayai istrinya sanggup mengatasi setiap masalah.
Kepercayaan
terkadang begitu mahal harganya dan menjadi faktor penentu seorang
suami memperbolehkan istrinya aktif di media sosial. Media sosial memang
bak dua mata uang, bisa berpengaruh buruk tapi bisa sangat bermanfaat.
Dalam hal ibu Ani sebagai Ibu Negara, media sosial mendekatkan kehidupan keluarga Kepala Negara dengan rakyatnya sehingga menjadi tak berjarak.
Dalam hal ibu Ani sebagai Ibu Negara, media sosial mendekatkan kehidupan keluarga Kepala Negara dengan rakyatnya sehingga menjadi tak berjarak.
Dulu,
mungkin masyarakat tidak mengenal dengan jelas siapa saja putra/putri
Bung Karno, Bapak Suharto, Bapak BJ Habibie, Gus Dur dan Ibu Mega.
Jangankan keseharian mereka, nama, wajah serta sudah menikah atau
belumpun sering luput dari perhatian masyarakat. Pengetahuan tentang
mereka hanya didapat dari media mainstream. Terkadang hanya
sebatas foto bersama. Sehingga membingungkan, mana wajah anak presiden
dan mana menantu presiden. Umumnya pembaca hanya menebak-nebak gambar.
Beruntung
rakyat Indonesia memiliki Ibu Negara yang rajin mengunggah foto-foto
di Instagram melalui akun @aniyudhoyono, rakyat bisa melihat aktivitas
sehari-hari keluarga Presiden SBY. Mulai dari foto Ibu Ani memasak,
bercanda dengan cucu, menyaksikan tarian/seni daerah setempat, ikut
terpukau melihat atraksi hingga nasehat-nasehat seorang Ibu yang
menyertai foto anak menantunya.
Apa pesan yang tersirat dari foto-foto dan caption-nya? Saling menyayangi, saling memperhatikan, kebersamaan yang berujung pada Ketahanan Keluarga.
Ya, berbekal ketahanan keluarga setiap bagian dari keluarga dapat bermanfaat minimal untuk dirinya sendiri. Tidak terlibat tawuran, seks bebas, mengisap narkoba dan penyakit sosial lainnya.
Karena ketika anggota keluarga mendapat masalah, dia akan berpaling pada keluarga, bukan pada teman atau sahabat. Sehingga solusi yang terbaiklah yang didapat, bukan solusi berujung masalah.
Banyak kasus ketika anak terjebak pergaulan bebas dan hamil, mereka mencari teman untuk mendapatkan solusi. Solusi akhir yang bisa berujung petaka, contohnya aborsi illegal. Tetapi jika anak tersebut berpaling ke orang tuanya, semua kesalahan akan dimaafkan dan solusi terbaik ditemukan.
Ya, berbekal ketahanan keluarga setiap bagian dari keluarga dapat bermanfaat minimal untuk dirinya sendiri. Tidak terlibat tawuran, seks bebas, mengisap narkoba dan penyakit sosial lainnya.
Karena ketika anggota keluarga mendapat masalah, dia akan berpaling pada keluarga, bukan pada teman atau sahabat. Sehingga solusi yang terbaiklah yang didapat, bukan solusi berujung masalah.
Banyak kasus ketika anak terjebak pergaulan bebas dan hamil, mereka mencari teman untuk mendapatkan solusi. Solusi akhir yang bisa berujung petaka, contohnya aborsi illegal. Tetapi jika anak tersebut berpaling ke orang tuanya, semua kesalahan akan dimaafkan dan solusi terbaik ditemukan.
Salah
contoh ketahanan keluarga dibuktikan Ronny Pattinasarani, pemain sepak
bola yang menjadi pelatih timnas. Ketika mengetahui anaknya kecanduan
narkoba hingga menjual harta benda ayah ibunya, Ronny menemani kedua
anaknya dengan sabar. Bersama-sama dengan mereka, Ronny mencari dan
membeli narkoba ke bandarnya. Hingga akhirnya kedua anak sadar,
meninggalkan dunia penuh kegelapan dan membeli cincin pernikahan bagi
kedua orang tua sebagai ganti cincin yang dijual untuk membeli narkoba.
Beruntung
keluarga Bapak SBY tidak mengalami kisah setragis Ronny. Sebagai Kepala
Negara, keluarga Bapak SBY memberikan teladan bagaimana ketahanan
keluarga terwujud, contohnya melalui foto Airlangga yang diunggah Ibu
Ani.
Karena
rumah adalah sel terkecil dalam Negara. Sel sel keluarga tersebut
berkelompok dalam rukun tetangga (RT), sel-sel dalam RT membentuk RW,
kemudian membentuk desa, kemudian dalam bentuk kecamatan, semakin besar
ke bentuk kota/kabupaten hingga akhirnya membentuk jaringan besar
bernama Negara. Jika sel dalam jaringan kuat karena terbentuk dari
ketahanan keluarga yang solid dan harmonis maka beragam masalah sosial
akan terminimalisir.
Setiap
bagian keluarga (bapak, ibu, anak) akan pamit jika pergi. Setiap hari,
mereka akan bercerita dalam kehangatan makan malam. Mereka tidak
memerlukan pengakuan dari luar hingga terperosok iming-iming narkoba,
NII atau tawuran. Mereka bisa melampiaskan amarah dengan bijaksana.
Mereka bisa sedih dan tertawa sewajarnya. Mereka boleh selfie dan
mengunggah semua kreativitas di media sosial dengan dukungan penuh
keluarga.
Karena
itu sungguh salah jika perbaikan moral bangsa harus dimulai dengan
memberi pelajaran agama sebanyak mungkin. Ilmu agama seperti halnya
perangkat lainnya akan baik jika penggunanya siap fisik dan psikis.
Bukankah anak remaja yang terjebak rayuan NII dimulai dari pencarian
anak dalam kebenaran agama dan lemahnya ketahanan keluarga?
Jika situasinya berbalik, anak yang berasal dari ketahanan keluarga yang solid akan senantiasa berkomunikasi dengan keluarga ketika mengalami banyak hal dalam pencarian makna agama. Dia akan mengetahui sinyal yang tidak wajar. Bahkan kemarahan orangtua dan saudara kandungpun merupakan tanda rasa sayang dan perhatian karena tidak menghendaki bagian keluarganya tergelincir dan melakukan kesalahan.
Jika situasinya berbalik, anak yang berasal dari ketahanan keluarga yang solid akan senantiasa berkomunikasi dengan keluarga ketika mengalami banyak hal dalam pencarian makna agama. Dia akan mengetahui sinyal yang tidak wajar. Bahkan kemarahan orangtua dan saudara kandungpun merupakan tanda rasa sayang dan perhatian karena tidak menghendaki bagian keluarganya tergelincir dan melakukan kesalahan.
Bulan
Oktober menjelang, kepemimpinan berganti. Di layar kaca, wajah Bapak
SBY yang mulai letih akan berganti dengan wajah Bapak Jokowi yang masih
penuh semangat.
Sedangkan wajah Ibu Ani yang cantik akan diganti dengan wajah Ibu Iriana yang manis.
Rakyat akan kehilangan foto-foto bagus yang diambil ketika Ibu Ani duduk di podium kehormatan karena Ibu Iriana rupanya tidak menyukai kegiatan fotografi. Tetapi aktivitas lain menanti dan dengan talenta yang dimiliki Ibu Ani, minatnya pada fotografi justru akan berkembang. Sehingga rakyat tetap dapat menikmati angle-angle indah dan pesan bijak dari Ibu Ani Yudhoyono.
Sedangkan wajah Ibu Ani yang cantik akan diganti dengan wajah Ibu Iriana yang manis.
Rakyat akan kehilangan foto-foto bagus yang diambil ketika Ibu Ani duduk di podium kehormatan karena Ibu Iriana rupanya tidak menyukai kegiatan fotografi. Tetapi aktivitas lain menanti dan dengan talenta yang dimiliki Ibu Ani, minatnya pada fotografi justru akan berkembang. Sehingga rakyat tetap dapat menikmati angle-angle indah dan pesan bijak dari Ibu Ani Yudhoyono.
Terimakasih
Ibu Ani karena sudah berbagi, semoga dengan keleluasaan waktu, ibu bisa
semakin intens berbagi foto dan berkomunikasi dengan kami.
Terimakasih
Bapak SBY karena memberikan ruang gerak pada Ibu Ani untuk menekuni
minat dan talentanya. Betapa kami terharu ketika Bapak tidak merestui
Ibu masuk ke gelanggang pencapresan 2014.
Karena Bapaklah yang paling memahami Ibu dan keluarga.
Terimakasih Bapak SBY karena telah memberikan keteladanan ketahanan keluarga sebagai soko guru pendidikan. Meski tanpa pidato berapi-api, bahkan tanpa kata, tapi sungguh mengena. Semoga bapak SBY sekeluarga senantiasa dalam lindungan Allah SWT. Barakallah fi umrik.
Karena Bapaklah yang paling memahami Ibu dan keluarga.
Terimakasih Bapak SBY karena telah memberikan keteladanan ketahanan keluarga sebagai soko guru pendidikan. Meski tanpa pidato berapi-api, bahkan tanpa kata, tapi sungguh mengena. Semoga bapak SBY sekeluarga senantiasa dalam lindungan Allah SWT. Barakallah fi umrik.
sumber foto :
Instagram @aniyudhoyono
No comments