Ningsih Namanya




Ningsih, namanya
Gemericik air kran menandakan dia tengah mencuci baju
Menyisakan gemerlap air sabun di sekujur jenjang kaki dan lengannya
Menggugah kelelakianku untuk mencumbunya



Ningsih, namanya
Dia sedang menggoreng ikan
Panas dapur membuatnya berulangkali menyeka dahi
Keringat menganak sungai di belakang cuping telinganya
Mendenyarkan kelelakianku untuk mengecupnya



Ningsih, namanya
Perlahan-lahan dia membuat gerakan memutar
Maju mundur
Roknya tersibak,
Memperlihatkan paha kecoklatan padat berisi

Dia tak pernah berhenti bergerak
Bagai irama indah menemani gerakan pantat dada dan tangannya

Kini diperasnya kain pel
Dan dia mulai membuat gerakan itu lagi
Maju mundur
Memutar



Ningsih, namanya
Entah sejak kapan kehadirannya baru kusadari
Mungkin ketika itu
Suatu malam, seperti malam-malam lainnya
Ningsihlah yang menungguku pulang dari kerja lembur
Karena cuaca panas dan gerombolan nyamuk mencecap manis darahnya
Maka tanpa sadar blusnya terbuka

Menampakkan bekas garukan diatas payudara menggunung
Terbungkus kutang kehitaman
Sementara istriku terlelap di kamar
Tubuhnya terbalut  lingerie merah muda



Ningsih, namanya
Andai nasib berpihak padaku
Kuharap engkaulah istriku
Kan kupeluk pinggul padat berisi dalam balutan kain panjang
Kan kureguk senyum manismu tatkala menyuguhkan sambal terasi dan berderet masakanmu lainnya
Kan kucecap bulir-bulir keringat yang menyeruak diantara anak rambutmu
Dan kan kusesap harum bawang yang menguar dari kulit sawo matangmu

Sayang,
Nasib tidak berpihak padaku
Istriku tetaplah Mona
Yang hanya pandai berdandan
Berkulit seputih susu dan berkutek ala Syahrini
Mengenakan rok pendek dan menyebarkan wewangian sensual
Dia menyapaku dan menemaniku sarapan pagi
Tapi dia tersenyum pada ponselnya
Dia tertawa-tertiwi entah pada siapa
Dia asyik menekan tuts entah untuk siapa
Tiba-tiba tawanya berderai entah karena apa
Bahkan dia tak tahu aku berangkat ke kantor
Mungkin ucapan pamitku tak didengarnya

Ningsih, namanya
Berkulit sawo matang dan bertubuh semolek Jennifer Lopez
Bajunya kuning lusuh dengan lilitan kain panjang yang itu-itu lagi
Dia berlari membukakan pintu garasi
Dan dengan takzim menundukkan kepala
Ah, andaikan kau istriku
Sayang, aku hanya bisa menatapmu dari balik spion
Hingga kelebat tubuhmu menghilang di balik pintu
Ah,………

No comments